Tuesday, November 12, 2013

Time frame analisis


Time frame dalam analisis kebijakan:

Seorang analis memulai dari pertanyaan "mengapa masalah tidak berubah?" Mereka terus mempelajari ada apa yang salah dengan pelaksanaan dari kebijakan, mengapa kebijakan itu dipilih, dan akal masalah apa yang menjadi perhatian pada waktu itu. Mereka seperti melakukan evaluasi terhadap keberhasilan program.

Time frame dalam pembuatan kebijakan (planning)

Seorang yang membuat perencanaan memulai kegiatan mereka dari masalah. Mereka kemudian mencari akar-akar masalah yang kemudian menjadi fokus pemecahan masalah. Mereka kemudian mencari opsi dan alternatifnya, termasuk di sini mereka studi banding atau meminta bantuan konsultan. Mereka kemudian memilih kebijakan. Pilihan kebijakan itu masuk dalam proses penetapan mana yang akan dibiayai. Pelaksana program kemudian mengerjakan kebijakan itu.

Jadi ada beda time frame antara seorang perencana dan analis kebijakan

Perencana mulai dari masalah dan mencari solusi. Analis memulai kebijakan dari kegagalan kebijakan dan mencari alasan dari kegagalan itu dari sisi proses dan isu dalam pembuatan kebijakan.

Alangkah baiknya seorang perencana justru memulai dari analisis kebijakan terdahulu

Jika mau efektif, perencanaan harus dimulai dari analisis kebijakan atau analisis terhadap kegagalan kebijakan sebelumnya. Jadi perencanaan sesungguhnya cukup memperbaiki kegagalan-kegagalan implementasi yang tercatat dalam evaluasi program. Jika bisa terjadi demikian, maka perencanaan adalah bagian yang tidak terputus dari evaluasi program. Karena itu analisis kebijakan kesehatan merupakan sebuah siklus. 

Opsi perbaikan mutu untuk kepuasan pelanggan


  • Ini contoh siklus kebijakan. Pelajari logika akar masalah yang menyebabkan ketidakpuasan.

  • Masalah kita adalah ketidak-puasan. 
  • Strategi yang dipilih adalah:
    1. sistem quality assurance
    2. total quality management 
  • Opsi di sini berupa pendekatan untuk mencapai kepuasan layanan. 
  • Setelah memilih satu opsi, kita masih harus menjabarkan seperti apa operasionalisasi dari pendekatan yang kita pilih.


Referensi

  1. Kahan, B., & Goodstadt, M. (1999). Continuous quality improvement and health promotion: can CQI lead to better outcomes? Health Promotion International, 14(1).
  2. Kaluzny, A. D., Mclaughlin, C. P., & Simpson, K. I. T. (1992). Applying Total Quality Management Concepts to Public Health Organizations. Public Health Reports.

Opsi bukan rangkaian kegiatan



  • Jangan mengisi opsi dengan kegiatan-kegiatan yang saling berangkai. 
  • Setiap opsi memang memiliki rangkaian kegiatan. 
  • Mahasiswa kerap mengisi opsi kebijakan dengan langkah-langkah kegiatan dalam pemecahan masalah. 
  • Itu bukan yang kita maksudkan dalam opsi.



Opsi yang salah:

A. Meningkatkan mutu institusi pendidikan
B. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemempuan/ keterampilan tenaga kesehatan
C. Mengadakan uji kompetensi secara teori maupun praktek secara berkala

Opsi berupa ..

  • Satu program dan alternatif program untuk satu outcome yang sama
  • Strategi dan strategi alternatifnya untuk satu hasil yang sama
  • Opsi harus membanding apel dengan apel. Opsi bukan membandingkan jeruk dan apel.
  • Kecuali seperti ini: beras, sagu, dan jagung bisa jadi opsi untuk sumber karbohidrat (outcome).

Program dan rangkaian kegiatan


Opsi bisa berupa program a, b, dan c dengan kegiatan-kegiatan yang spesifik, tetapi outcome yang sama. Setiap program dapat memiliki jenis dan jumlah kegiatan yang berbeda. Jenis dan kegiatan itu justru menjadi pertimbangan mengapa kita memilih satu dari yang lain.

Opsi: Strategi yang Sepadan


Jika memasang opsi, saudara seolah-olah memikirkan program atau strategi yang sepadan yang bisa berpengaruh pada suatu akibat yang sama. Ini maksudnya kita harus bisa membandingkan apel dan apel. Jangan membandingkan sesuatu yang tidak sepadan. Sebagai calon manajer, saudara harus membaca banyak tentang program-program sehingga bisa mengetahui mana yang sepadan dan mana yang tidak.



Referensi untuk Tutor

Sekadar untuk cari inspirasi sebagai tutor


Isu pentingnya health policy bagi mahasiswa kesehatan

Pandey, Anuja, et al. "Emerging need for health policy teaching in India."Indian journal of public health 56.3 (2012): 210.

Penggunaan karikatur dalam membantu pengajaran

Chipperfield, Sarah, and Pete Woodcock. "“I would have switched off if it was just government legislation.” The Simpsons and the Teaching of Public Health Policy." International Journal of Health Promotion and Education 49.4 (2011): 151-155.

Silakan bereksperimen

Shortt, S. E., and P. Geoffrey Hodgetts. "A curriculum for the times: an experiment in teaching health policy to residents in family medicine." Canadian Medical Association Journal 157.11 (1997): 1567-1569.

Arahan berbasis tempat kerja mahasiswa

Manley, Kim, Angie Titchen, and Sally Hardy. "Work‐based learning in the context of contemporary health care education and practice: A concept analysis." Practice Development in Health Care 8.2 (2009): 87-127.

Group belajar bidang khusus 

Gehrke, Pamela Marie. "Engaging in Learning Together: A Theory of Undergraduate Nursing Students’ Political Learning." (2012).

Furgeson, Danielle, et al. "The role of the student professional association in mentoring dental hygiene students for the future." Journal of Dental Hygiene82.1 (2008): 9-9.



Catatan Tutorial HPM

Policy maker di masa yang akan datang

  • Kita berusaha menganggap mahasiswa saat ini akan menjadi manajer dan bahkan policy maker di masa yang akan datang.
  • Mereka yang belajar saat ini seolah-olah sedang berhadapan dengan isu yang sama di masa akan datang dari topik diskusi dalam tutorial.
  • Manajer kerap harus bertindak sebagai "policy maker" ketika mereka memecahkan masalah yang kebetulan tidak diatur atau bukan sedang menjadi pilihan di kebijakan yang ada. 

Mengikuti isu kebijakan di berita online


  • Untuk kepentingan tutorial, dosen dan mahasiswa lebih baik menemukan kasus-kasus yang ada di koran on line yang terkait dengan bidang studi mereka.
  • Mereka diminta menjelaskan isu kebijakan dari kasus yang mereka temukan di online news. Cara ini membuat mereka terpapar dengan argumen berdasarkan stakeholder yang dikutip dalam berita. 
  • Mereka juga mudah mengambil konteks dari kebijakan yang sedang hangat.

Perspektif tempat kerja (work based)


  • Tetapi point yang penting adalah menempatkan mahasiswa sebagai pengambil kebijakan dan manajer. Mereka harus melihat masalah dari perspektif tempat kerja mereka saat ini. 
  • Perspektif work based merupakan cara minimalis agar sekolah S2 bisa berguna untuk paling sedikit memperbaiki situasi atau pengaruh dari tempat kerja mereka. Jangan sampai terjadi sebuah situasi gajah di pelupuk mata tak diperhatikan, kuman di seberang laitan justru diseriusi. 
  • Tutor wajib mendorong mahasiswa memahami situasi tempat kerja mereka dan kebijakan yang berada di bawah wewenang mereka. 

Seolah sebagai konsultan

  • Mahasiswa diminta seolah sedang menjadi konsultan kepala daerah di tempat mereka tinggal. Kepala daerah memberikan arahan kepada dinas yang berkepentingan dan dinas-dinas yang berkaitan lainnya. Mahasiswa harus bisa memahami peta pelayanan kesehatan yang ada di daerah mereka. 

Bagian dari group interest (kelompok pendukung)

  • Mahasiswa diminta terlibat dalam kelompok pendukung atau penentang dari kebijakan yang ada. 
  • Mereka harus bisa mengungkapkan argumen dari posisi mereka. Mereka harus bisa menunjukkan evidence yang menjadi dasar dari argumentasi mereka. Jika mahasiswa bisa bekerja sebagai bagian dari kelompok kepentingan, posisi ini bisa terus ia bangun hingga mereka lulus dari pendidikan. 
  • Kita gagal membuat mahasiswa menjadi aktor dan mendiskusikan pikiran-pikiran praktis mereka di bangku kuliah. (Pikiran praktis adalah pikiran apa adanya, yang lebih lanjut bisa dicari konsep terkait dan evidence yang terkait dengannya). Kita gagal membuat bahan bacaan nyambung dengan pengalaman.

Apa yang dianggap isu policy?

  • ada konteks yang menentukan mengapa kebijakan itu diangkat, direview, atau dibahas?
  • ada aktor yang berada di balik kebijakan, apakah mereka termasuk yang mendukung atau yang menolak.
  • perkembangan permasalahan yang membawa ini menjadi perhatian publik, ahli di bidangnya, manajer program, kelompok kepentingan, dan politisi.